Minggu, 01 November 2015

It's Been A Long Time

Blog ini berdebu juga, ya. *ambil kemoceng*
Well, sebenarnya nggak ngerti juga kenapa tetiba tergerak membuka blog ini kembali. Sekadar iseng, ingin mengenang, atau memang blog ini penuh kenangan #eaa

Saya sedang menderita writer's block.
Ya, menderita sekali rasanya.
I don't know what to write, how to write, when to write, and who I'm writing are for?

Lalu saya memutuskan untuk sejenak meninggalkan Tumblr dan beralih ke blogspot.

Untuk apa?

Entah. Mungkin untuk mengobati apa yang terasa belum benar-benar sembuh. Mengobati diri. Mengobati jiwa. Semua. Saya ingin sehat jiwa raga!

So, here I am, comeback on your dashboard! :)

***

Hugs,
Dilla

Minggu, 18 Januari 2015

Memilih

Jika aku dapat memilih, tentu aku akan memilih untuk tersenyum saja sepanjang waktu. Agar tidak perlu ada airmata yang tiba-tiba jatuh tanpa diminta. Agar diri ini tetap ceria dan merasa bahagia atas apa yang sedang dirasakan.
Ya, jika aku dapat memilih.

Merindukanmu adalah kenyataan menyakitkan yang harus kujalani. Berpura baik-baik saja adalah hal menyakitkan yang selanjutnya. Sempurna sudah, semua menjadi serangkaian yang menikamku pelan-pelan.

Terima kasih telah memperkenalkan rindu yang harus kubenci dan kusembunyikan keberadaannya.

Selasa, 02 September 2014

Daratan Impian

Rasanya membahagiakan, belanja 3 SKS untuk sebuah mata kuliah yang tak terasa sebagai kewajiban kuliah. Di dalam kelas ini, bahkan tak ada yang kukenal secara akrab. Aku hanya bermodal "rasa" untuk memilih mata kuliah Pranata Masyarakat Belanda ini.

Dan sungguh, aku tidak akan menyesal telah memilih mata kuliah ini.

Filologi telah kutinggalkan, berganti menjadi peminatan yang benar-benar kusukai tanpa pamrih: sastra. Impianku untuk menjejak di darat impian itu tak sedikit pun berkurang. Masih satu yang kudamba. Masih sama. Masih tentang Belanda.

Sang dosen memperkenalkan apa saja yang akan dipelajari selama perkuliahan satu semester ke depan. Sementara aku hanya mampu melongo menahan kagum yang berkepanjangan.

It's all about Netherland.

Hati memang tidak pernah salah dalam memilih. Hati selalu tahu ke mana ia harus berlabuh. Mendekatkan kenyataan pada takdir yang sesungguhnya.

Selama satu semester ke depan, aku akan mempelajari semua hal tentang Belanda. Mulai dari keadaan geografisnya, iklim, kehidupan masyarakat, pergerakan sosial, adat budaya, kebiasaan, dan masih banyak lainnya.

Aku tersenyum penuh kemenangan.

Ketika daratan impian itu terasa semakin dekat, bahkan kini menjadi begitu nyata bersama dengan 3 SKS jatah belanjaku ini.

Allah, terima kasih!


***

Jakarta, September 2014

Jumat, 15 Agustus 2014

Surat Elektronik

Jemariku bergerak di luar kesadaran logika yang kumiliki. Ia menuliskan serangkaian aksara, menyimpannya di dalam folder komputerku, lalu membuka alamat surat elektronikku, dan melampirkan file serangkaian aksaraku itu di sana.
Your message has been sent.

Tiba-tiba.
Aku memastikan alamat surel tujuan ke mana file itu terkirim.
Begitu nyata, namamu terpampang di sana.

Maafkan aku.

Harusnya curahan serangkaian aksara yang serupa ini hanya tersimpan rapi di dalam folder komputerku yang kuberi judul dengan tanggal penulisan. Aku masih memiliki tulisan-tulisan serupa yang kukirimkan padamu itu. Banyak. Begitu banyak, sampai aku tak tega untuk menghapusnya.

Tanggal pertama yang tertera di sana adalah "100413" atau 10 April 2013.

Begitu lama.
Entahlah.

Maafkan aku.

Minggu, 29 Juni 2014

Move On to Move Up



Mungkin, salah satu hal yang susah dilakukan di dunia ini adalah melepaskan sesuatu yang bukan untukmu.

Tetapi mungkin juga sebenarnya, kamu hanya harus belajar tersenyum dan tertawa seperti biasa. Hanya saja kali ini tanpanya dan bukan lagi karenanya. Kali ini benar-benar karenamu sendiri dan karena kamu bahagia menjadi apa pun kamu, bersama siapa pun yang memang untukmu nanti.

Karena pada akhirnya, mau tidak mau, kamu hanya harus menyadari bahwa kalau memang bukan untukmu, mau dipikirkan dan diusahakan seberat apa pun juga, tetap tidak akan menjadi milikmu. Tapi mungkin kamu baru bisa melepaskan dia setelah menyadari itu.

Dan pada akhirnya juga, pelan-pelan, kamu akan melupakan. Pelan-pelan, ingatanmu tentang dia akan memudar. Pelan-pelan, kamu hanya akan mengingatnya kapan-kapan. Itu pun kebetulan ketika kamu melihat foto dia atau ada teman yang menanyakannya. Tapi pelan-pelan. Pelan-pelan. Yang banyak tidak dimengerti orang adalah 'pelan-pelan'nya.

Mulailah dengan tidak mengingat sama sekali tentangnya dan berhenti juga mencari tahu tentangnya. Tetap, pelan-pelan.

Pada momen ini, jangan dulu sering menengok ke belakang. Terus saja berjalan. Terus saja. Pada akhirnya nanti, akan sampai pada satu titik yang membuat kamu nyaman. Titik dimana ketika kamu menengok lagi ke belakang, semuanya sudah tidak sama lagi. Kamu rindu momen-momen itu, tapi tidak ingin kembali lagi ke momen itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menengok ke belakang, tapi bukan untuk menetap di sana. Just keep moving.

Karena bagaimanapun juga, jangan lupa, hatimu yang harus dijaga, bukan lukanya. Jangan lupa juga, bahagiamu yang harus dijaga, bukan keterpurukannya. Jadi, terus saja berjalan. Kalau tidak, kamu akan ketinggalan.

Karena bahagia selalu menemukan jalan untuk tetap sampai ke tempatnya. Dari arah mana saja, ke arah mana saja.

Angkat lagi kepalamu, bangun lagi bahagiamu, lepaskan 'reruntuhan' apa pun itu. 
Kita masih punya waktu.
Kita selalu punya waktu. 

Maybe there's nothing wrong, maybe you just have to move on.

---

Oleh: Erick Namara (http://www.namarappuccino.com/2011/12/move-on.html)

Selasa, 18 Maret 2014

KITA: Kata yang Terbata

Terkadang, aku suka mengamati dirimu dan diriku sendiri melalui sudut pandang yang lain.

Karena kita ini lucu.

Kau mengetik namaku pada kolom 'search' dan begitu pula yang kulakukan di sini. Mengamati setiap kata yang kautuliskan. Memaknainya dalam diam seorang diri.

Atau ketika bel telah berbunyi. Dosen telah tiba dan pintu kelas pun tertutup.
Ada harap terselip ketika suara ketukan pintu terdengar. Berharap keterlambatan itu masih menjadi milikmu. Menunggui kehadiranmu--padahal jika ada kau pun aku tak akan melakukan apa-apa.

Kita ini lucu. Kita adalah kata yang masih terbata.
Serupa bayi yang bersusah payah mengeja kata, meski memahami makna. Kita hanya cenderung lebih memilih diam daripada terbata. Ya, kita diam.

Biarlah terbata, karena kata-kata itu adalah kita.

Jumat, 14 Maret 2014

Akhir(-nya)

Bukan akhir, tetapi akhir(-nya).

Apa yang kaubaca? Di sini hanya akan kautemukan aksara yang terhampar bisu.
Ya, aksara ini tak bisa bicara. Mereka hanya bisa dimaknai dengan hati.

Mampukah kau memaknainya?

Dan hal yang paling kutakuti pun terjadi.

Akhir(-nya) kaudapati hamparan aksaraku dan membawanya masuk ke dalam hatimu.

Kamis, 16 Januari 2014

Akhir

Seharusnya aku menyadari ini sejak awal, bahwa aku tidak akan pernah terlihat olehmu.
Ada yang di sini, setia mendengarkan ceritamu, tertawa pada kekonyolanmu, sekaligus terluka karena cerita itu sendiri.
Ada. Ada yang menguatkan hati di sini ketika sedang berkata, "Ditunggu undangannya, ya."

Karena aku yang terlambat menyadari semua ini. Terus menanam harapan itu di ladang impian. Berharap suatu saat akan tumbuh menjadi akhir cerita bahagia.

Ya, seharusnya aku menyadari ini dari awal.

Akhir bahagia itu, bukan milik kita.