Di situ kami meranggas, dalam taruhan berbagai kekuatan. Mengantar pembisuan jadi jalan-jalan di malam hari. Asia. Lalu kami masuki dekor-dekor baru, bendera-bendera baru, cinta yang lain lagi, mendapatkan hari yang melebihi waktu; Membaca yang tak boleh dibaca, menulis yang tak boleh ditulis.
Tanah berkaca-kaca di situ, mencium bau manusia, menyimpan kami dari segala jaman. Asia. Kami pahami lagi debur laut, tempat para leluhur mengirim burung-burung, mencipta kasta. Asia hanya ditemui, seperti malam-malam mencari segumpal tanah yang hilang: Tempat bahasa ditemukan.
Asia.
Afrizal Malna, 1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar