"Pantaskah?"
Ketika kita mengeluh tentang bobot tubuh yang tak kunjung menunjukkan penurunan, sedangkan makanan yang tersedia amat sangat mengundang untuk kita santap... Lantas, kita akan menyalahkan Tuhan yang membiarkan makanan-makanan tersebut tersedia.
"Damn! Kenapa banyak makanan? Gue kan lagi diet!"
"Sial. Sengaja banget kan, biar gue gak kurus-kurus..."
"Kayaknya emang gak diizinin kurus deh gue. Bodo deh. Makan lagiiii..."
Pantaskah?
Bukankah segala sesuatu yang telah dikaruniakan kepada kita adalah sebuah keberkahan? Mengapa harus mencaci, sedangkan di belahan dunia lain, bahkan di tepi jalan yang tak jauh dari rumah kita, terdapat mereka yang membutuhkan sesuap makanan. Bukan makanan untuk dinikmati, seperti yang dapat kita rasakan. Hanya makanan sekadar pengganjal perut; untuk bertahan hidup.
Pantaskah?
Ketika kita sedang berusaha menahan lapar agar tetap memiliki berat badan ideal, mereka justru sedang menahan lapar karena tidak adanya makanan yang tersedia. Rasanya, membanting tulang-tulang beserta daging tak berlemak itu pun tak cukup untuk mengisi kekosongan perut.
Ini bukan tentang keegoisan semata. Pun tentang hati yang telah mati. Terkikisnya rasa untuk berbagi.
Pantaskah?
Manusia yang diciptakan dari kasih sayang, mengapa justru tidak saling menyayangi sesama? Mengapa justru menyalahkan Tuhan dengan ketidakadilan berat badan?
Foto-foto di atas hanyalah potret sebagian kecil anak-anak miskin di seluruh belahan dunia. Semangat membara tak kenal padam. Demi sisa makanan yang tak habis kita santap karena ngeri badan kita melebar.
Semoga bukan hanya makanan kita yang tersisa di piring. Nurani pun diharapkan keberadaannya, meski berupa remahan kecil dari hati seorang manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar