Rindu tidak pernah sesederhana ini. Bertemu, tertawa
bersama, kemudian saling mengucap sampai bertemu lagi di lain kesempatan.
Tidak. Tidak sesederhana itu.
Apalagi, teruntuk rindu yang telah lama tertahan di
kerongkongan tanpa sanggup kau ucapkan. Yang membuat lidahmu kelu ketika
bertemu langsung dengan sang pelaku. Hatimu luluh, namun senyummu mencoba tetap
memperlihatkan lengkungan terbaiknya.
…karena rindu tidak mengenal kata sederhana.
Rindu yang tak memiliki batas. Hingga pada akhirnya, kau
terpaksa menenggak rindu itu; sendirian.
Karena seseorang di seberang sana—yang kau harapkan akan
membalas rindumu—sedang menikmati rindunya yang lain. Rindu kepada seseorang
yang bukan dirimu.
Apakah rindu yang rumit ini hanya milikku? Atau memang milik
semua insan yang hatinya telah terpaku pada satu tujuan, namun tak tahu arah
kembali?
Ah. Kupikir ‘rindu’ itu hanya sebuah kata lima huruf yang
biasa dijadikan puisi. Tak kusangka akan jadi serumit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar