Selamat malam, harapanku. Yang masih tersimpan rapi dalam
benakku. Tak pernah lagi aku usik kehadiranmu meski semua terasa semu.
Bulan itu meledekku. Ia bilang, kau tak akan kembali lagi ke
sini. Aku marah padanya. Kututup jendela kamarku agar ia berhenti meledekku. Kau pasti kembali kan?
-
-
Selamat pagi, bidadariku. Satu tahun sudah kita tak bertemu.
Tak adakah puing-puing rindu yang tersisa untukku? Padahal rinduku disini sudah
menggunung dan membatu. Untung, pagi ini matahari tak mengejekku. Aku masih mampu
tersenyum menghadapi dunia. Karena aku tahu, kau di sana juga merindukanku,
kan?
-
Selamat malam, bintangku. Mengapa kau tampak banyak sekali
muncul di langit malam ini? Aku tak mampu lagi membedakanmu dengan cahaya dari
pesawat terbang yang kebetulan melintas. Semakin hari, kau semakin sulit
kutemukan…
-
Selamat pagi, penantianku. Ini ulang tahunku yang ke-40. Tidakkah
kau mengucapkannya padaku? Padahal aku terbangun tengah malam hanya untuk
berharap bahwa handphone-ku menerima
pesan ucapan darimu. Ah, tak apa. Mungkin kau sibuk. Selamat ulang tahun, aku.
-
Selamat malam, kamu. Malam ini aku sedang memeluk erat selembar
koran. Terbitan dua puluh tahun yang lalu. Di sana tercetak jelas deretan huruf
yang membuatku tetap bertahan selama ini.
“SEBUAH PESAWAT JATUH DI GUNUNG SALAK. Korban belum teridentifikasi...”
4 komentar:
kerennnn abisss...ready to publish!!!
Tulisannya bagus :)
Saya izin follow blognya.
Salam kenal, saya Tyar, dari Makassar.
Terima kasih :) salam kenal, ayo semangat menulis~
Posting Komentar