Jiwamu mendesak, mencari kepingan yang dulu kau biarkan
luruh
bersama hujan petir serta gemuruh
Menggenangi dataran hampa yang kau sebut sebagai hati
Oh. Kau punya hati?
Aku menunduk
Tak ingin tahu lebih banyak tentangmu; tentang kita
Kau bilang, tak perlu peduli tentang hari esok
Bumi akan berotasi dan berevolusi dengan sendirinya, tanpa
perlu kau ambil pusing apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
Ketika suatu hari kutanyakan, “Mau ke mana kita?”
Kau hanya tertawa sambil menuntunku untuk menikmati
perjalanan ini
Bagaimana mungkin aku menikmatinya, sementara tujuannya pun
tak kuketahui?
Pola pikirmu sungguh di luar kemampuanku
Mungkinkah kau terlahir dengan panca indera lebih?
Seakan kau tahu segala, semua, semesta
Sedangkan aku berjalan di sampingmu
Hampir tersesat
Sebelum akhirnya memutuskan berbalik arah dan mengambil
jalan lain
Memunggungimu, tanpa berbalik lagi
Keping itu dengan sempurna terbagi menjadi:
elegi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar