Selasa, 16 April 2013

Halal Pada Waktunya


Tidak perlu kutuliskan, seharusnya.

Apa yang harus kubanggakan? Ketika mata kita tak sengaja bertemu, aku menunduk malu, dan kau pun berlalu. Tidak ada, sungguh tidak ada yang patut kubanggakan. Pandangan itu tidaklah halal bagi kita berdua. Setan mungkin telah menembus dinding pertahanan hati kita...

Tidak boleh. Tidak akan kubiarkan seperti ini.
Kedua mataku ini, kelak hanya akan kupergunakan untuk memandang sesuatu yang hanya halal bagiku. Entah itu kamu, dia, atau siapa pun nanti. Aku masih belum tahu. Wallahu’alam.

Mengatasnamakan kekaguman—aku masih enggan menggunakan kata cinta—saja tidak mampu memberi label “halal” pada tindakan kita ini. Tidak semudah dan tidak seindah ini. Percayalah.
Jangan mengambil langkah terlalu cepat, karena mungkin saja apa yang kita inginkan belum tentu menjadi apa yang kita butuhkan. Rapatkan dinding pertahanan hati, jaga rasa, batasi jarak, dan utamakan Allah. 

Tetap percaya pada firman Allah, “Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik.”
Hanya terkadang kita yang tak mau menunggu. Ternodai nafsu yang semu. Dengan beraninya mendeklarasikan kata “cinta” pada pasangan yang jelas bukan muhrim dan belum tentu menjadi jodohnya. 

Ya, manusia terlena dalam perjalanan menunggu. Kita tidak tahu, bahwa mungkin saja Allah telah menyiapkan yang lebih baik untuk kita. Meski tanpa diminta, Dia mengerti. Dia pahami isi hati semua hamba-Nya.

Tetap menunduk. Pandangan itu pasti akan halal pada waktunya.

Tidak ada komentar: