Sabtu, 13 Oktober 2012

ACI & ICA


Aci sedang menjalani ritualnya. Mendatangi Kansas—Kantin Sastra—setiap selesai kelas. Ia mencari-cari sosok yang telah memenuhi inbox HP-nya selama kelas berlangsung tadi. Matanya langsung tertuju pada perempuan big size yang memakai kaus oblong bergambar Candi Borobudur. Beberapa langkah ia mendekati perempuan itu, dan langsung shock melihat piring-piring dan gelas telah ludes tanpa sisa di mejanya.

"Dua porsi ayam penyet, siomay, jus alpukat, es teh manis?! Dan... Lo mau kemana lagi?"
"Mesen es buah. Lo mau?" jawabnya dengan mulut yang masih dipenuhi jus alpukat.
"Sinting!" Aci melotot mendengar jawaban sahabatnya itu.
“Eh, yaudah pesenin gue juga! Dua porsi ya! Dan bayarin!” teriak Aci kemudian.
Kini gantian Ica yang melotot.

***

Ica tidak mengerti. Meskipun sama-sama penggila makanan, keduanya tak pernah benar-benar sama. Ica memandangi dirinya di cermin. Tubuhnya bulat bagaikan semangka. Lalu, ia melirik foto Aci di meja belajarnya. Langsing, bahkan dapat dikatakan kurus. Ica mengangkat alis. Bagaimana mungkin?

***

Tangan yang pucat dan gemetar itu berpegangan pada gagang pintu toilet di Gedung IX.
TES…
Setetes bercak merah menodai lantai toilet yang putih bersih itu.
TES… TES…
Ia tahu saat seperti ini akan tiba. Aci meraba bagian bawah hidungnya. Basah… dan merah. Kemudian gelap.

***

“Pulang yuk, Ca. Udah jam sembilan nih…” Dani membujuk perempuan di hadapannya.
Tak ada jawaban.
“Ca… Ayo…” Dani masih berusaha.
Tak ada tanggapan.

Dani menghela napas. Perempuan yang dicintainya ini masih saja seperti ini sejak tiga hari yang lalu. Mendatangi Kansas, duduk di kursi yang sama, kemudian berdiam diri dengan tatapan yang kosong, sesekali tersenyum, kemudian menangis tanpa suara.

Dani tidak tahu. Tiga hari yang lalu, Ica mematung di depan sebuah batu nisan.

Asih Maharani
binti
Hadi Purnomo
Lahir: 19-08-1992
Wafat: 19-08-2012

Ia memeluk erat sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita cantik di sudutnya. Harusnya kamu melihat kado dariku ini, Ci. Selamat ulang tahun…Ica membiarkan dirinya terisak di atas tubuh sahabatnya yang sudah terkubur itu.

Tidak ada komentar: