Jumat, 05 Oktober 2012

Sebuah penantian


Selamat malam, harapanku. Yang masih tersimpan rapi dalam benakku. Tak pernah lagi aku usik kehadiranmu meski semua terasa semu.
Bulan itu meledekku. Ia bilang, kau tak akan kembali lagi ke sini. Aku marah padanya. Kututup jendela kamarku agar ia berhenti meledekku. Kau pasti kembali kan?

-

Selamat pagi, bidadariku. Satu tahun sudah kita tak bertemu. Tak adakah puing-puing rindu yang tersisa untukku? Padahal rinduku disini sudah menggunung dan membatu. Untung, pagi ini matahari tak mengejekku. Aku masih mampu tersenyum menghadapi dunia. Karena aku tahu, kau di sana juga merindukanku, kan?

-

Selamat malam, bintangku. Mengapa kau tampak banyak sekali muncul di langit malam ini? Aku tak mampu lagi membedakanmu dengan cahaya dari pesawat terbang yang kebetulan melintas. Semakin hari, kau semakin sulit kutemukan…

-

Selamat pagi, penantianku. Ini ulang tahunku yang ke-40. Tidakkah kau mengucapkannya padaku? Padahal aku terbangun tengah malam hanya untuk berharap bahwa handphone-ku menerima pesan ucapan darimu. Ah, tak apa. Mungkin kau sibuk. Selamat ulang tahun, aku.

-

Selamat malam, kamu. Malam ini aku sedang memeluk erat selembar koran. Terbitan dua puluh tahun yang lalu. Di sana tercetak jelas deretan huruf yang membuatku tetap bertahan selama ini.

“SEBUAH PESAWAT JATUH DI GUNUNG SALAK. Korban belum teridentifikasi...”

4 komentar:

Fadlillah Octa Noviari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Al-Fatih Wedding Organizer mengatakan...

kerennnn abisss...ready to publish!!!

Adityar mengatakan...

Tulisannya bagus :)
Saya izin follow blognya.
Salam kenal, saya Tyar, dari Makassar.

Fadlillah Octa Noviari mengatakan...

Terima kasih :) salam kenal, ayo semangat menulis~