Sabtu, 20 Oktober 2012

Di antara kita

Mulutnya tak henti-henti bercerita. Tentang tugas-tugas kuliahnya, kegiatan ospeknya, pola tidurnya selama seminggu ini…
Aku mencoba tetap memasang wajah antusias sambil sesekali tersenyum mendengar ceritanya. Meskipun aku sungguh tidak tertarik. Sangat tidak tertarik dengan cerita-ceritanya itu.
Perempuan di hadapanku ini mengernyitkan alisnya. Dengan wajah polosnya, ia bertanya apakah aku baik-baik saja. Ya, tentu aku masih baik-baik saja… Sebelum mendengar cerita-ceritanya yang mengorbankan waktu bermain game-ku ini.

***

Aku tidak yakin apakah ia mendengarkan ceritaku ini atau tidak.
Sudah sebulan belakangan ini ia berbeda. Apa ia pikir aku bodoh?
Ketika semua pesan singkatku hanya dibalas sesingkat-singkatnya dan terjawab dalam waktu yang lama. Aku harus menunggu dua jam hanya untuk sebuah balasan: “Ya, terserah.”
Fan, aku merasakan perubahan itu…

***

Siang ini, kau mengajakku bertemu. Dengan alasan tugas kelompok, aku akan menolak ajakanmu itu.

***

Padahal aku ingin membicarakan hubungan kita ini, Fan…

***

Satu bulan, enam bulan, satu tahun…
Ia tidak mencoba menghubungiku. Begitupun dengan aku.
Ya, lelaki bodoh bernama Irfan ini sedang duduk di selasar Gedung VI. Dari sini, aku akan dapat melihatnya dengan jelas. Perempuan yang dulu menjadi pengisi hari-hariku yang datar, berisi hafalan buku-buku kuliah. Perempuan yang dulu selalu bercerita tentang hari-harinya.
Kini, aku masih dapat melihatnya dengan jelas... Kecuali perasaannya terhadapku.

***

Sedetik yang lalu, aku masih ada di sini untukmu, Fan. Namun, kamu kemana?
Haruskah aku bertahan, sedangkan ada seseorang yang lain dengan setia selalu mendengarkan ceritaku dengan tulus? Haruskah aku tetap mengharapkanmu kembali, sedangkan seseorang yang lain sedang menyatakan perasaannya yang begitu mendalam padaku?
Tanyakan pada miniatur Candi Jawi di Taman Arkeologi itu. Betapa perasaanku bergejolak, kemudian kubiarkan seseorang yang lain itu mengisi jemariku yang sudah lama tak pernah ia genggam.
Aku mengangguk. Memantapkan hatiku.
Selamat tinggal, Fan…

2 komentar:

Anonim mengatakan...

tinuninutninut!!!
Curhat detected!! Nyahahah!

Fadlillah Octa Noviari mengatakan...

Ibu Suri........(≧∇≦)